Ini Tujuh Peta Jalan Direktorat Pendidikan Agama Islam
By Admin
nusakini.com, Kemenag telah merampungkan peta jalan Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Ditjen Pendidikan Islam. Direktur PAI M. Munir mengatakan bahwa ada tujuh tahapan yang dirumuskan dalam peta jalan.
Tujuh peta jalan ini dipaparkan Munir, panggilan akrabnya, saat Rapat Koordinasi (Rakor) Pelaksanaan, Pengembangan Tata Kelola dan Layanan Pendidikan Agama Islam di Bekasi (Selasa/14/5/2024). Rakor dihadiri Kepala Bidang PAI/Pakis/Pendis, Pengembang Teknologi Pembelajaran, dan operator pada Kantor Wilayah Kementerian Agama tingkat Provinsi di seluruh Indonesia.
Munir mengajak seluruh pengelola PAI, pusat hingga daerah, untuk menumbuhkan kecintaannya kepada PAI. Bagi Munir, kecintaan kepada PAI menjadi landasan penting bagi pelaksanaan kerja-kerja ke depan. Oleh sebab itu, Rakor memperkenalkan tagline baru PAI, yakni WeLovePAI.
“Kerja kita ini termasuk jihad, karena kerja kita ini menanamkan nilai-nilai Islam di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi umum,” ungkap M. Munir.
Munir juga mengajak pengelola PAI agar program-program ke depan lebih terarah dengan baik. Hal itulah yang mendasari perumusan tujuh peta jalan Direktorat PAI.
Pertama, peningkatan kompetensi dan kualifikasi guru PAI. Kompetensi guru perlu ditingkatkan melalui PPG (Pendidikan Profesi Guru) dan PPKB (Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan). Sedangkan untuk kualifikasi, guru PAI harus S1.
“Kita masih memiliki sekitar 22 ribu, guru PAI yang belum S1. Ini musti didiskusikan bagaimana solusinya. Sebab bila tidak S1, maka tidak sesuai dengan regulasi,” ujarnya.
Kedua, peningkatan Karir dan Kesejahteraan Guru PAI. Melalui uji kompetensi, karir guru PAI bisa naik. Untuk kesejahteraan, guru PAI bisa mengajukan tunjangan profesi dan insentif.
Ketiga, penguatan dan menumbuhkankembangkan ekosistem Moderasi Beragama (MB). Penciptaan ekosistem MB di sekolah dan Perguruan Tinggi Umum (PTU) menjadi penting sebagai benteng dari serangan ideologi tertentu baik dari dalam maupun luar sekolah dan PTU.
“Saya masih menemukan sejumlah Rohis (Rohani Islam) di sekolah ditunggangi kelompok ekstrem. Oleh sebab itu, pembinaan dalam bentuk ekosistem, semacam sekolah Moderasi Beragama ini menjadi penting,” tambah M. Munir.
Keempat, kurikulum PAI. Tahun ini Direktorat PAI Menyusun buku Teks dan Pendamping PAI untuk jenjang TK, SD, SMP, SMA dan SLB. M. Munir menegaskan agar buku-buku tersebut terintegrasi dengan Moderasi Beragama serta terinsersi dengan Tuntas Baca Al-Qur’an. Kemampuan membaca Al-Qur’an menjadi target penting bagi PAI hingga nanti rencana seluruh peserta didik yyang beragama Islam pada sekolah akan di-assement kemampuan baca Al-Qur’annya.
Kelima, School Religious Culture, yakni ajakan untuk membangun kebiasaan dan budaya Islam di sekolah-sekolah, seperti mengaji, shalat dhuha, berdoa bersama, kantin Halal, Zakat-wakat Goes to School dan lain-lain.
Keenam, Satu Data untuk Semua dan Penguatan Regulasi. Satu data untuk semua ini merupakan usaha Direktorat PAI untuk mengintegrasikan Siaga, Emis, Simpeg, Dapodik, SIASN dan Simtun. Berdampingan dengan data, regulasi tentang pengembangan PAI ke depan juga akan disusun serta akan dilakukan harmonisasi regulasi yang sudah.
Ketujuh, rebrandring PAI. Menurut M. Munir, PAI musti tampil beda dan musti hadir di tengah-tengah masyarakat dan tentu bisa mengikuti selera peserta didik sebagai Gen Z. Pemanfaatan media sosial dalam me-rebranding PAI ini menjadi sangat penting. Maka konten-kontennya juga harus menarik.
“Saya berharap ketujuh peta jalan PAI ini akan menjadi arah dalam pengembangan kegiatan dan program PAI yang akan didiskusikan para sidang komisi besok,” tutup M. Munir. (pr/agm)